Selamat Datang

Tanggal 20 April 2007, daerah Lintang IV Lawang diresmikan sebagai Kabupaten yang ke 15 di Propinsi Sumatera Selatan, KABUPATEN EMPAT LAWANG sebutannya,yang meliputi 7 Kecamatan: Pendopo Lintang, Muara Pinang, Lintang Kanan, Ulumusi, Pasemah Air Keruh, Talang Padang dan Tebing Tinggi, melalui Media ini kami akan menampilkan Kabar dan perkembangan Kabupaten baru ini, baik dari sisi “Pembangunan, Seni Budaya, Pariwisata, Kebudayaan dan Sosial Politik” Media ini sebagai jembatan Silaturahmi Masyarakat Lintang IV Lawang yang ada di seluruh penjuru dunia, sebagai wujud kebersamaan membangun Kampung Halaman tercinta, kepada para pengunjung Blog ini kami persilakan anda mengutip/menyunting isi blog ini dan mohon dapat anda sebutkan sumbernya, yang tentunya kami berharap Suku Lintang IV Lawang dapat dikenal oleh masyarakat diseluruh dunia, untuk Masyarakat Empat Lawang yang Singgah disini saya undang anda untuk bergabung di KOMUNITAS/MILLIS Empat Lawang, silakan Klik alamat ini : http://groups.google.co.id/group/lintang-iv-lawang?hl=id Kritik dan saran kirim ke is.majid@gmail.com

AddThis

Bookmark and Share

Senin, 01 Oktober 2007

Ramadhan di daerah Lintang IV Lawang.

Tidak berbeda jauh dengan daerah lain yang ada di Indonesia, dalam menyambut bulan suci Ramadhan daerah Lintang IV Lawang pun penuh dengan pernak pernik tradisi yang bernapaskan Islam.

Seperti halnya dengan daerah lain, 2 hari jelang Ramadhan masyarakat Empat Lawang, melakukan ziarah kubur dengan membersihkan rumput rumput yang tumbuh disekitar pekuburan, suasana ini berlangsung penuh khidmat serta saling tolong menolong diantara masyarakat Empat Lawang.

Pun juga halnya dengan masjid yang ada di seluruh perkampungan, Nampak bersiap dalam menyambut bulan Ramadhan, masyarakat secara bergotong royong membersihkan Masjid, agar Nampak lebih bersih dan indah dalam menyambut bulan Ramadhan ini.

Memasuki malam pertama untuk sahur, semua warga menyiapkan makanan pertama sahur dengan membeli lauk pauk yang tentu menunya lebih baik dari hari hari sebelumnya, masyarakat belanja di pasar yang ada di kecamatan atau dipasar mingguan, disebut pasar hari kalangan.

Hari pertama Sholat Tarawih, Mesjidpun penuh dari anak anak, remaja hingga orang tua, bersuka cita menyambut bulan Mulia ini. Saat makan sahurpun tiba…beberapa pemuda melakukan ronda untuk membangunkan warga agar tidak terlambat makan sahur, biasanya para pemuda ini memukul mukul bunyi bunyian yang terbuat dari bamboo, kaleng dsb, serta diringi nyanyi nyayian..masyarakat Empat lawang menyebutnya Orkes tong tong, karena sebagian alatnya terbuat dari bamboo, yang dipakai untuk menyimpan air (Gerigek).

Bila selesai melakukan ronda para pemudapun pulang kerumah masing masing untuk makan sahur, selesai makan sahur mereka kembali berkumpul di pelataran lapangan yang ada di dekat rumah, sambil membuat api unggun mereka berkumpul membuat lingkaran sambil selendang bumbung (memakai kain sarung ditutupkan kesemua anggota tubuh, hanya kelihatan mukanya saja) seperti pakaian ala ninja, tradisi ini disebut Nyiangkan arghi.

Dihari pertama bulan ramadhan aktifitas masyarakat sedikit berkurang, yang biasanya keladang dari pagi hingga petang, dilaksanakan hanya setengah hari, kebanyakan masyarakat melakukan ibadah…ada yang mengaji (tadarus Qur’an) ada juga yang mempelajari ilmu ilmu fiqih serta membaca Sunah.

Namun tidak halnya dengan para remaja, mereka punya cara sendiri mengisi hari hari jelang berbuka, kebanyakan diantara mereka pergi kesungai untuk memancing ikan sambil metangkan arghi ( menunggu hari sore), tentunya hasil pancingan sebagai lauk saat buka puasa atau sahur nanti malam.

Hari semakin sore, tanda waktu untuk berbukapun sudah semakin dekat, persiapan ditiap rumahpun semakin sibuk untuk menyiapkan bukaan… makanan khas puasapun bermunculan baik itu disiapkan sendiri ataupun dengan membeli, beberapa rejeki (kue kue) khas bulan Ramadhan didaerah Empat Lawang tidak jauh berbeda dengan daerah lain yang ada di Propinsi Sumatera Selatan, Seperti Gandus, Dawat, Cincau,Kolak Pisang, Belulok (Kolang Kaling), lemang, Roti Raden dsb…

Tradisi yang sampai sekarang masih tetap terawatt adalah “saling antat i bebukoan” (saling memberi makanan untuk berbuka), yakni mengantar makanan ke rumah saudara, kerabat dan tetangga.

Ada yang unik didaerah Empat Lawang, bila menjelang magrib…para anak anak dan remaja bersiap diri didepan rumah untuk memberi tanda waktu magrib (berbuka) telah tiba, mereka akan membunyikan suara dengan memukul drum, kaleng dsb secara bersahut sahutan dari hilir hingga ke hulu, dari kampung daghat (atas) sampai kampung lembak (bawah). Tanda ini akan dimulai dari Mesjid dengan terdengar suara bedug atau dari rumah seorang kiyai/ustadz.

Begitu waktu magrib telah tiba….suara hiruk pikuk terdengar disepanjang kampong, para orang tuapun bersuka cita menyantap makanan yang telah disediakan.

Berbukapun telah usai, sholat magrib telah ditunaikan, tampak para gadis menuju kesungai untuk mencuci piring dengan ditemani saudara laki laki mereka disertai membawa penerangan Lampu Petromak atau obor.( sebagian besar kampong/desa yang ada didaerah Empat Lawang berada di pinggir Sungai), pun juga halnya dengan para orang tua mereka juga kesungai, untuk bersiap diri menunaikan Sholat Tarawih, dengan berwudhu ataupun membuang hajat.

Saat sholat tarawih telah tiba….masjidpun kembali penuh, dari anak anak sampai ke orang dewasa..untuk menunaikan ibadah dibulan penuh keberkahan ini.

Pabila selesai tarawih sebagian besar anak remaja melakukan tadarus di mesjid hingga menjelang sahur.

Demikian sekilas suasana Ramadhan didaerah Empat Lawang,Insya Alloh nanti kami akan sambung lagi dengan tradisi daerah Empat Lawang dalam menyambut Lebaran Idul Fitri.

Semoga cerita ini jadi pengobat rindu bagi warga Lintang Empat Lawang, yang tak bisa pulang kampung(mudik) disaat Lebaran nanti.

Mohon maaf bila ada cerita yang tak sesuai, cerita ini masih belum sempurna dan lengkap, kiranya dapat dimaklum

0 Comments:

Poto Anggota Komunitas L4L