Empat Lawang dan Sumatera Selatan berduka.
Pejuang Angkatan ’45 yang juga Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Sumsel Brigjen TNI (Purn) H Yahya Bahar, kemarin berpulang ke Rahmattullah.
Almarhum wafat pukul 04.10 WIB, Selasa (19/8) kemarin, dalam usia 80 tahun karena menderita sakit lambung. Sebelum meninggal,almarhum sempat menjalani perawatan secara intensif selama 11 hari di Rumah Sakit Muhammad Hoesin (RSMH) Palembang. Pria kelahiran 11 Desember 1928 di Desa Tanjung Raya Pendopo,Kabupaten Empat Lawang, ini meninggalkan 4 orang anak, yaitu Yulia Yahya, Ferry Yahya,Yurdian Yahya,Yuanita Hera,serta 9 orang cucu.
Upacara pemakaman almarhum dilaksanakan secara militer di Taman Makam Pahlawan (TMP) Ksatria Ksetra Siguntang dengan Inspektur Upacara Pangdam II Sriwijaya Mayor Jenderal TNI Mochammad Sochib.
Meskipun dalam guyuran hujan, upacara pemakaman yang dihadiri segenap petinggi TNI/- Polri dan pejabat Sumsel tersebut berlangsung khidmat.
Di rumah duka,tepatnya di Jalan Eka Bhakti No 12,Mayor Ruslan,Palembang, puluhan karangan bunga dari rekan, pejabat, dan orang-orang dekat almarhum,tampak menghiasi kediaman pejuang ini. Puluhan pelayat juga terlihat datang silih berganti.
Tampak juga di antaranya rekan seperjuangan almarhum, seperti Mayor (Purn) Somad Mustofa, Makmur, Dahlan Mansur, A Sainusi, Syamsul Bahri,dan lainnya. Sebelumnya, para tokoh Sumsel dan pejabat juga terlihat datang melayat.
Mulai dari Gubernur Mahyuddin NS,calon gubernur Sumsel H Alex Noerdin,calon gubernur Syahrial Oesman,Pangdam II Sriwijaya Mayjen TNI M Sochib, tokoh ulama KH Zen Syukri,Wali Kota Palembang Eddy Santana Putra, calon wakil Gubernur Helmi Yahya, dan lainnya.
Putra kedua Yahya Bahar,H Ferry Yahya,mengatakan,kepergian ayahnya dirasakan cukup mendadak meskipun sebelumnya sudah sering sakitsakitan. Ferry mengaku sama sekali tidak memiliki firasat kalau ayahnya akan pergi secara mendadak.”Ayah masih sempat bercanda beberapa hari sebelumnya dengan cucucucunya di rumah sakit, sebelum akhirnya meninggal karena sakit lambung,”ujarnya.
Menurut dia, meskipun umurnya sudah lanjut, ayahnya tetap semangat beraktivitas, baik urusan keluarga ataupun lainnya, seperti bepergian ke luar kota, baik ke Lahat,Pagaralam,maupun ke daerah lain. Sebagai anak,Ferry menilai sosok ayahnya merupakan orangtua yang tegas dan sangat mengutamakan pendidikan putra-putrinya.
”Ayah tidak pernah minta anaknya agar mencari harta yang berlebihan, tetapi dia sangat mengutamakan pendidikan agama dan budi pekerti anakanaknya,” ucapnya. Bahkan, lanjut dia, bila anak-anaknya tidak disiplin, ayahnya tidak segan-segan memberikan hukuman.Ferry mengaku pola pendidikan militer yang diterapkan sang ayah membuahkan manfaat yang tak ternilai.
”Buktinya, dengan ilmu yang kami miliki, kami dapat menjalani hidup dengan baik,”paparnya. Sementara itu,Kepala Bidang Ekonomi Keuangan LVRI Sumsel Makmur mengatakan, di mata rekan-rekan LVRI, sosok Yahya Bahar merupakan pemimpin yang memiliki kemauan keras dan tegas. Sikap itu tidak saja diterapkan saat almarhum mempertahankan NKRI, tetapi juga saat dia memimpin LVRI.
”Dia merupakan pemimpin yang tabah dan sabar, baik di medan perang maupun saat damai,”katanya. Makmur mengaku,dirinya sangat merasakan kepemimpinan almarhum saat melakukan gerilya di front Sukarami, daerah Prabumulih, pada 1947–1949 lampau. ”Meskipun kami kekurangan senjata dan peluru, almarhum selalu meminta kami untuk bertahan dan bersabar menghadapi penjajah Belanda yang saat itu ingin menguasai kembali Indonesia,”tuturnya.
AnggotaDewanPerwakilan Daerah (DPD) Sumsel Asmawati, saat melayat di rumah duka, mengaku memiliki kenangan khusus dengan Yahya Bahar. Menurut dia,almarhum termasuk orang yang mendukung dirinya untuk maju menjadi calon wali kota Palembang beberapa waktu lalu.
”Almarhum pernah menyampaikan pemikirannya kepadasaya agarSumselmemiliki rumah sakit dengan standar internasional agar masyarakat tidak perlu jauh-jauh berobat ke luar negeri,”ujarnya. Selain itu, lanjut dia, dia menginginkan ada sekolah berkualitas dengan standar internasional yang dapat diakses oleh orang yang tidak mampu,dan itu dapat dilakukan bila pemerintah memiliki keinginan, misalnya dengan mencontohTaiwan.
Dia berharap,dengan segala sepak terjangnya sebagai pejuang, dari awal hingga saat ini, jejak almarhum dapat dicontoh oleh anak-anak muda, seperti semangatnya yang tiada henti untuk memajukan negeri. Sementara itu, Gubernur Sumsel Mahyuddin NS mengatakan, sosok Yahya Bahar tidak hanya sebagai seorang pejuang, melainkan telah menjadi teladan bagi masyarakat Sumsel.”Tadi pagi saya langsung ke sana, karena merasa kehilangan.
Secara pribadi, dia adalah idola saya,” ujarnya di Pemprov Sumsel kemarin. Untuk itu, kata Mahyuddin, segenap masyarakat merasa kehilangan dan mengiringi kepergian Yahya Bahar. ”Kita harus mendoakannya, karena selain jasanya, beliau juga telah menjadi teladan bagi kita semua,”ucapnya. Perasaan yang sama juga dirasakan Wali Kota Palembang Eddy Santana Putra.
Menurut politikus PDI Perjuangan ini,bukan hanya kehilangan seorang pejuang, melainkan kehilangan orang tua yang selalu memberikan petuah dan nasihat. ”Dia sudah menjadi orangtua bagi kita semua. Dia terus terlibat dalam setiap kegiatan.Perhatiannya kepada masyarakat sangat tinggi,” katanya.
Terlihat pada setiap kesempatan, Yahya Bahar selalu menyempatkan diri untuk hadir dan mengikuti berbagai kegiatan yang digelar pemerintah. Padahal secara fisik, kondisi Yahya tidak memungkinkan lagi untuk beraktivitas. Namun, sosok pejuang tersebut tidak pernah berhenti memberikan semangat kepada generasi penerus.
”Lihatlah, saat beliau masih hidup,selalu menyempati diri walau terkadang pakai tongkat dan harus didampingi,” paparnya. Secara pribadi, kata Eddy, Yahya Bahar bukan hanya sebagai pejuang, melainkan orangtua. Sebab, Yahya merupakan teman baik dan akrab dengan orangtuanya, sehingga jauh sebelum menjadi pejabat,Eddy mengaku telah mengenal dan mendapatkan pelajaran dari Yahya Bahar.
”Jangan ditanya kesan pribadi,Pak Yahya itu kawannya orangtua saya,”tuturnya. Bupati Banyuasin Amiruddin Inoed juga menyampaikan perasaan serupa. Menurutnya, dengan berpulangnya Yahya Bahar,Sumsel telah kehilangan. Tidak hanya kehilangan seorang Yahya Bahar, melainkan kisah sejarah bagi bangsa dan masyarakat Sumsel.
” Tentu kita merasa kehilangan ketika mendengar kabar berpulangnya beliau. Saya merasa terkejut dan kehilangan sekali,”katanya. Menurut Amiruddin, wajar saja masyarakat Sumsel merasa kehilangan. Sebab, Yahya Bahar merupakan sosok pejuang yang patut untuk diteladani dalam kehidupan.
”Apalagi, saat ini kita masih dalam suasana HUT Kemerdekaan RI. Semoga beliau diterima di sisinya atas jasa semasa hidupnya.Baik secara pribadi, keluarga, maupun masyarakat Banyuasin, turut berduka cita yang sedalamdalamnya,” tuturnya.Selamat jalan pejuang! (muhlis/berli zulkanedi)
Selamat Datang
Tanggal 20 April 2007, daerah Lintang IV Lawang diresmikan sebagai Kabupaten yang ke 15 di Propinsi Sumatera Selatan, KABUPATEN EMPAT LAWANG sebutannya,yang meliputi 7 Kecamatan: Pendopo Lintang, Muara Pinang, Lintang Kanan, Ulumusi, Pasemah Air Keruh, Talang Padang dan Tebing Tinggi, melalui Media ini kami akan menampilkan Kabar dan perkembangan Kabupaten baru ini, baik dari sisi “Pembangunan, Seni Budaya, Pariwisata, Kebudayaan dan Sosial Politik” Media ini sebagai jembatan Silaturahmi Masyarakat Lintang IV Lawang yang ada di seluruh penjuru dunia, sebagai wujud kebersamaan membangun Kampung Halaman tercinta, kepada para pengunjung Blog ini kami persilakan anda mengutip/menyunting isi blog ini dan mohon dapat anda sebutkan sumbernya, yang tentunya kami berharap Suku Lintang IV Lawang dapat dikenal oleh masyarakat diseluruh dunia, untuk Masyarakat Empat Lawang yang Singgah disini saya undang anda untuk bergabung di KOMUNITAS/MILLIS Empat Lawang, silakan Klik alamat ini : http://groups.google.co.id/group/lintang-iv-lawang?hl=id Kritik dan saran kirim ke is.majid@gmail.com
Rabu, 20 Agustus 2008
EMPAT LAWANG BERDUKA
Diposting oleh Lintang 4 Lawang di 09.33
Label: Yahya Bahar
1 Comment:
innalilahi wainailaihi rojiun....
slamat jalan pahlawan.....
beliau termasuk salah satu teman akrab ayahku semasa di KODAM II sriwijaya, bersama pak SBY kita (semasa pak SBY di Kodam II Sriwijaya).
satu lagi teman pah Yahya yang di Manado juga telah berpulang kerahmatullah.
turut berduka sedalam dalamnya kepada keluarga besar Bapak Yahya Bahar dari keluarga besar Bapak Nazori Zainul Anuri, kelahiran Lintang IV Lawan juga.
selamat jalan pahlawan kita
Post a Comment