Selamat Datang

Tanggal 20 April 2007, daerah Lintang IV Lawang diresmikan sebagai Kabupaten yang ke 15 di Propinsi Sumatera Selatan, KABUPATEN EMPAT LAWANG sebutannya,yang meliputi 7 Kecamatan: Pendopo Lintang, Muara Pinang, Lintang Kanan, Ulumusi, Pasemah Air Keruh, Talang Padang dan Tebing Tinggi, melalui Media ini kami akan menampilkan Kabar dan perkembangan Kabupaten baru ini, baik dari sisi “Pembangunan, Seni Budaya, Pariwisata, Kebudayaan dan Sosial Politik” Media ini sebagai jembatan Silaturahmi Masyarakat Lintang IV Lawang yang ada di seluruh penjuru dunia, sebagai wujud kebersamaan membangun Kampung Halaman tercinta, kepada para pengunjung Blog ini kami persilakan anda mengutip/menyunting isi blog ini dan mohon dapat anda sebutkan sumbernya, yang tentunya kami berharap Suku Lintang IV Lawang dapat dikenal oleh masyarakat diseluruh dunia, untuk Masyarakat Empat Lawang yang Singgah disini saya undang anda untuk bergabung di KOMUNITAS/MILLIS Empat Lawang, silakan Klik alamat ini : http://groups.google.co.id/group/lintang-iv-lawang?hl=id Kritik dan saran kirim ke is.majid@gmail.com

AddThis

Bookmark and Share

Selasa, 02 Juni 2009

Air Terjun Tujuh Panggung

Tujuan wisata di wilayah Sumatra Selatan ternyata tidak hanya berupa objek yang sudah dikenal umum, tetapi ada juga objek yang belum digarap dan masih “perawan”, berada di lokasi yang tersembunyi. Salah satunya, air terjun Tujuh Panggung di Desa Tanjungalam, Lintang Kanan, Kabupaten Empat Lawang.

Sebagai daerah pemekaran dari Kabupaten Lahat, Kabupaten Empat Lawang memiliki tidak sedikit objek wisata, yang selain memberikan keindahan, juga sedikit tantangan. Di lokasi di atas deretan Bukit Barisan yang terletak 1.200 meter di atas permukaan laut (dpl), air terjun Tujuh Panggung memang memberikan nuansa segar alam pegunungan. Alam yang masih belum tersentuh ini terletak di antara kebun-kebun warga dan hutan perawan.

Untuk mencapainya, pengunjung harus rela berjalan kaki sekitar tiga jam dari desa terdekat, Desa Tanjungalam. Kalau mau naik ojek, sebenarnya ada, tetapi hanya separuh jalan. Selebihnya pengunjung tetap harus berjalan kaki meniti jalan setapak di lereng bukit yang terjal dan licin berlumut. Kepala Desa Tanjungalam Jon Kenedi mengakui selama ini keindahan air terjun ini hanya dinikmati warga desanya. Itu pun terbatas yang punya kebun di sekitarnya.

Air terjun di panggung pertama terdiri dari enam deretan air mancur yang masing-masing setinggi sekitar dua meter dan di bawahnya ada lubuk sedalam sekitar 3-4 meter dengan luas sekitar 4x5 meter. Air yang jernih dan dingin membuat keinginan berendam tak tertahankan.

Sementara itu, panggung kedua hingga ketujuh juga memberikan nuansa yang berbeda, karena ketinggian masing-masing air terjun memang berbeda, antara 5-14 meter. Di panggung ketujuh, malahan terdapat dua sumber air yang mengucur ke lubuk di bawahnya. Hanya saja, panggung ini sepertinya memberikan kesan angker karena ada pusaran air yang cukup kuat.

Di atasnya lagi, sesungguhnya masih ada dua panggung air terjun. Namun belum ada satu orang pun yang berani menapakinya, karena memang jalan ke sana cukup terjal. Kemiringan tebing bebatuannya mencapai 45 derajat. Selain curam, tebing ini juga berlumut sehingga sulit didaki.

Nuansa alami yang liar ini memang memberikan kesan tersendiri bagi mereka yang punya minat menikmati wisata alam. Hanya saja, lokasi ini cukup jauh dari Kota Palembang. Jarak Palembang ke Tebing Tinggi ditempuh dalam waktu tujuh jam menggunakan mobil atau kereta api.

Sumber Air Panas

Suasana lebih meriah karena diramaikan oleh para pemburu babi. Ketua Persatuan Olahraga Berburu Babi (Porbi) Sumatra Selatan Hamlian membawa serta sedikitnya seratus pemburu lengkap dengan anjing. Hasilnya, 14 ekor babi hutan berhasil ditangkap dalam sehari dari kawasan perkebunan dan ladang masyarakat setempat.

Jika menggunakan kereta api, tersedia dua jadwal, siang dan malam. Kalau memilih kelas ekonomi bisa berangkat siang hari dari Stasiun Kertapati, Palembang dengan tujuan Lubuklinggau. Atau jika memilih kelas bisnis dan eksekutif berangkat malam hari. Jika berangkat dari Kertapati pukul 21.00 WIB, tiba di Stasiun Tebing Tinggi sekitar pukul 04.00 WIB.

Kalau memilih menggunakan mobil, pengunjung bisa menumpang bus ataupun menggunakan jasa agen perjalanan. Dari Tebing Tinggi menuju lokasi desa terdekat bisa ditempuh dalam waktu sekitar 2,5 jam. Kendaraan angkot bisa disewa untuk mencapai kawasan ini. Jadi untuk menikmati air terjun ini, dari Palembang pengunjung membutuhkan waktu tiga hari, termasuk perjalanan Tebing Tinggi-Palembang.

Kelelahan menempuh perjalanan dari Desa Tanjungalam ke lokasi air terjun rasanya terbayar ketika sudah menikmati kesegaran sawah alam di air terjun. Sepanjang jalan desa dan jalan setapak, ladang, sawah, serta gemericik air sungai menemani. Seusai menikmati air terjun, dua sumber air panas yang berjarak sekitar 1,5 jam perjalanan kaki juga bisa melengkapi perjalanan wisata alam ini. Jadi kalau Anda mau berwisata di lokasi yang alami, perawan, dan masih liar, objek ini bisa menjadi pilihan. (Muhamad Nasir/SH)

1 Comment:

i s said...

Waah menarik banget air terjunnya...

Fren, blog ku ada info baru lho....!

Poto Anggota Komunitas L4L