Selamat Datang

Tanggal 20 April 2007, daerah Lintang IV Lawang diresmikan sebagai Kabupaten yang ke 15 di Propinsi Sumatera Selatan, KABUPATEN EMPAT LAWANG sebutannya,yang meliputi 7 Kecamatan: Pendopo Lintang, Muara Pinang, Lintang Kanan, Ulumusi, Pasemah Air Keruh, Talang Padang dan Tebing Tinggi, melalui Media ini kami akan menampilkan Kabar dan perkembangan Kabupaten baru ini, baik dari sisi “Pembangunan, Seni Budaya, Pariwisata, Kebudayaan dan Sosial Politik” Media ini sebagai jembatan Silaturahmi Masyarakat Lintang IV Lawang yang ada di seluruh penjuru dunia, sebagai wujud kebersamaan membangun Kampung Halaman tercinta, kepada para pengunjung Blog ini kami persilakan anda mengutip/menyunting isi blog ini dan mohon dapat anda sebutkan sumbernya, yang tentunya kami berharap Suku Lintang IV Lawang dapat dikenal oleh masyarakat diseluruh dunia, untuk Masyarakat Empat Lawang yang Singgah disini saya undang anda untuk bergabung di KOMUNITAS/MILLIS Empat Lawang, silakan Klik alamat ini : http://groups.google.co.id/group/lintang-iv-lawang?hl=id Kritik dan saran kirim ke is.majid@gmail.com

AddThis

Bookmark and Share

Senin, 27 Agustus 2007

Adat Perkawinan Daerah Lintang IV Lawang (lanjutan 2)

Beberapa hari setelah selesai ‘Baantatan’, calon bunting dan calon penganten diperkenalkan dengan sanak keluarganya yang disebut dengan “Nundokan Bunting atau Penganten”, setelah itu mereka akan meniti masa pertunangan,.

Selama masa pertunangan mereka diharuskan membantu segala macam pekerjaan calon mertua, masa pertunangan ini tergantung dari hasil perasanan dulu bisa 1 tahun atau lebih, masa pertunangan yang panjang ini dimaksudkan untuk penilaian calon bunting / penganten baik sikap, tingkah laku, kejujuran maupun keimanannya.

Disamping itu juga masalah keterampilan, kemampuan dan kesungguhan untuk berumah tangga, penilaian semacam ini nampaknya perlu dilakukan dikarenakan masyarakat daerah Lintang IV Lawang umumnya tidak mengalami masa belinjangan yang cukup lama, untuk menilai isi hati calon yang dipilihnya tersebut.

Hal yang wajar bila muda mudi daerah Lintang IV Lawang baru satu atau dua kali bertemu/ngecek, langsung memadu rasan.

Sebagai konsekuensinya bila penilaian antara calon bunting dan calon penganten tidak cocok, maka perkawinan mereka akan dibatalkan.

Betapa sakit hati kalau mengalami hal semacam ini, bukankah tadi sicalon tersebut sudah membantu segala macam pekerjaan calon mertua ( nebas, nebang, nyawat, ngetam, pokok o nyadi kebau putih ), disamping itu nama baikpun sudah tercemar, sebab dimata masyarakat orang tersebut tidak ada kecakapan (Kedaekan) sehingga menyulitkan untuk meminang gadis lain. Oleh karena itu calon bunting dan calon penganten harus lebih berhati hati jangan sampai rasan orong, jika perlu kalau tadinya kurang rajin bekerja dan beribadah maka pada masa pertunangan ini harus ditingkatkan, agar mendapat penilaian ( penindaian ) dari calon mertua.

Bila masa tunangan itu berjalan lancar dan cocok, menurut penindaian calon mertua, maka proses selanjutnya adalah acara pesta pernikahan.

Menjelang dua minggu lagi pesta pernikahan, orang tua calon bunting mengadakan pertemuan secara singkat dengan orang tua calon penganten, dan menanyakan persiapan bentalan yang dijanjikan, hari apa bisa diantar.

Dari hasil pertemuan akan didapat jawaban kepastian kapan bentalan akan dikirim, maka sebelum bentalan diantar kerumah calon bunting, akan didirikan Lembongan.

Lembongan ini didirikan gunanya untuk perluasan tempat masak memasak, sebab kapasitas dapur tidak memungkinkan, karena terlalu sempit untuk menampung orang banyak, dari mulai mendirikan lembongan hingga pesta selesai diadakan pembagian tugas yaitu :

- Mendirikan Lembongan dikerjakan orang tua laki laki, sedangkan ibu ibu mengambil daun daunan dan mengumpulkan sayur sayuran, misalnya ngambik nangko, gedang, teghung dan lain lain.

- Orang tua calon bunting/penganten, mengundang sanak keluarga (bajeghum), agar meramaikan pesta pernikahan anaknya.

- Sedangkan muda mudi, yang gadis membuat kue kue dan yang bujang membuat dekorasi (aesan), bujang dan gadis yang bekerja disini disebut gertang (matangaguk).

Beberapa hari kemudian barulah bentalan datang dari calon penganten, pada hari ngantat bentalan, penganten tersebut datang kerumah bunting bersama bentalan an ditempatkan dirumah khusus buat calon penganten yang disebut rumah mendan.

Dirumah ini penganten hanya ditemani oleh inang yang dipilihnya sendiri, untuk melayani keperluannya dalam menghadapi hari pesta pernikahannya, sampai selesai.

Setibanya bentalan dirumah calon bunting (rumah pangkal), kesibukanpun semakin bertambah, para warga sekitar berdatangan dan membawa beras, ayam dan lain lain sebagai sumbangan (petolong), disamping itu mereka membantu segala macam pekerjaan yang ada.

Tiga hari lagi menjelang hari pesta pernikahan, tuan rumah mengumpulkan sanak keluarga dan warga sekitarnya untuk menyerahkan tugas secara resmi yang disebut “Nyerahkan Aguk” (kalau sekarang sama dengan membentuk panitia).

Orang yang diberi tugas ini harus bertanggung jawab penuh atas tugas yang diberikan kepadanya, baik itu soal masak memasak ataupun urusan lampu dan sebagainya, biasanya para pengemban tugas ini mulai melakukan kegiatannya pada hari malemang (satu hari sebelum hari pernikahan), hingga esok harinya (hari nyemelek atau nyemok=nyelemok).

-Bersambung-

0 Comments:

Poto Anggota Komunitas L4L