Selamat Datang

Tanggal 20 April 2007, daerah Lintang IV Lawang diresmikan sebagai Kabupaten yang ke 15 di Propinsi Sumatera Selatan, KABUPATEN EMPAT LAWANG sebutannya,yang meliputi 7 Kecamatan: Pendopo Lintang, Muara Pinang, Lintang Kanan, Ulumusi, Pasemah Air Keruh, Talang Padang dan Tebing Tinggi, melalui Media ini kami akan menampilkan Kabar dan perkembangan Kabupaten baru ini, baik dari sisi “Pembangunan, Seni Budaya, Pariwisata, Kebudayaan dan Sosial Politik” Media ini sebagai jembatan Silaturahmi Masyarakat Lintang IV Lawang yang ada di seluruh penjuru dunia, sebagai wujud kebersamaan membangun Kampung Halaman tercinta, kepada para pengunjung Blog ini kami persilakan anda mengutip/menyunting isi blog ini dan mohon dapat anda sebutkan sumbernya, yang tentunya kami berharap Suku Lintang IV Lawang dapat dikenal oleh masyarakat diseluruh dunia, untuk Masyarakat Empat Lawang yang Singgah disini saya undang anda untuk bergabung di KOMUNITAS/MILLIS Empat Lawang, silakan Klik alamat ini : http://groups.google.co.id/group/lintang-iv-lawang?hl=id Kritik dan saran kirim ke is.majid@gmail.com

AddThis

Bookmark and Share

Kamis, 01 November 2007

Riayo didusun/Lebaran diKampung

Seperti hal nya dengan daerah lain, Lintang Empat Lawangpun tak jauh berbeda dalam menyambut bulan kemenangan bulan Syawal, kesibukan kaum ibu dan para gadis gadis begitu sibuknya…, seminggu menjelang lebaran hampir disetiap rumah yang ada di kampong membuat kue kue, entah itu kue basah ataupun kue kering. Terdengar bersahutan suara para ibu ibu dan gadis gadis tengah melakukan adonan….untuk membuat kue.

Sama seperti dengan daerah yang ada di Propinsi Sumatera Selatan, kue khas setiap lebaran adalah Maksuba dan Lapan Jam, disamping itu tentu banyak kue kue yang lainnya…ada dodol duren (lempok), kak ketan… dan tak ketinggalan pempek dan kerupuk khas daerah Sumatera Selatan…

Tradisi berlebaran di daerah Empat Lawang, sampai sekarang masih tetap terjaga, yang secara turun temurun diwariskan kepada generasi ke generasi, banyak hal yang unik serta berbeda dengan daerah yang lainnya.

Sehari menjelang lebaran, warga yang ada di kampong melakukan ziarah ke kuburan sanak saudara yang telah mendahului pergi menghadap Sang ILLAHI ROBBY, membersihkan makam dan mengirim doa untuk almarhum dan almarhuma.

Dan juga sehari sebelum lebaran ini ada yang jadi khas daerah Empat lawang, yakni hari kalangan mantai, dimana pada hari ini pasar pasar dan kalangan (pasar sepekan) banyak yang menjual daging, baik itu daging sapi maupun daging kerbau, dan para pedagangnya pun begitu banyaknya, hampir di setiap pelosok kampong ada.
Nah untuk warga pendatang yang berlebaran di daerah Empat Lawang, jangan berharap dapat memakan Ketupat, disini didaerah Empat Lawang tidak ada ketupat, kalaupun ada itu sangat terbatas, karena ketupat bukanlah makanan cirri khas daerah Empat Lawang.
Waktu terus bergeser, dari pagi terus kesiang…..dan sang surya pun mulai tengelam, tanda petangpun kan tiba…persiapan untuk riayo (lebaran) esok hari telah siap semua, semua juada (kue kue) telah siap diatas meja….untuk disantap esok hari bersama keluarga dan tamu tamu yang singgah dirumah.

Saat berbuka hari terakhir pun tiba….semua besuka cita…anak anak bergembira dengan baju barunya…

Takbirpun ,mulai bergema di sepanjang kampong, beberapa para pemuda pemudi kampong melakukan pawai obor bersama anak anak berkeliling kampong sambil bertakbir…ALLAH HU AKBAR..ALLAH HU AKBAR ALLAH HU AKBAR….LA’ILLA HA ILLALA HU WALLA HU’AKBAR ALLAH HU AKBAR WAL LILLAH ILHAM……
Hari telah pagi fajar pun menyingsing, segenap warga bersiap sepagi mungkin tuk menunaikan Sholat Ied, semua bergembira dari anak anak hingga para kakek dan nenek…, menyambut 1 Syawal.

Mesjid telah penuh hingga sampai keluar, dengan penuh khidmat segenap warga menunaikan Sholat Ied, rasa haru bercampur gembira berkecamuk didalam dada, Ya..Alloh panjangkan usia kami agar kami dapat bertemu dengan Ramadhan di tahun depan, Ya Alloh begitu berat kami ditinggalkan bulan penuh Berkah, Maqfiroh serta penuh Kasih dan Sayang-Mu, kami ingin lebih meningkatkan lagi ibadah kami Ya Alloh”.
Sholat Ied sudah dilaksanakan, segenap umat saling bermaaf maaf an, terdengar isak tangis dan rasa harupun menyatu.

Nah setelah meninggalkan Mesjid, maka kita mulai melakukan Silaturahmi Keliling, begitu kaki keluar dari pekarangan Mesjid, maka para tetangga, kerabat, handai tolan mengajak untuk Singgah dirumahnya, yang tentunya disamping kita bermaaf maafan dan bersilaturahmi kita diharapkan untuk mencicipin Juada Riayo (kue lebaran) yang telah tersedia diatas meja.

Yang jadi khas didaerah Lintang Empat Lawang Juada Riayo ini diletakan diatas meja dalam keadaan utuh, maksudnya juada ini masih sebesar ukuran cetakannya, nah pada saat tamu telah hadir maka kue kue ini dipotong, gelok (toples) pun dibuka yang isinya kue kue kering, kerupuk, kacang dll….,

Nah buat kita yang jarang belanju(mudik), biasanya kita seperti jadi perhatian warga dikampung, mereka banyak bertanya “ngapo lalamo nedo balik, makmano usaha atau gawean, lalemak jugo bada kini nedo ?, amon pacak ajak adeng, ponakan kaban ke kota mangko dio keruan bada kaban”
Juga disini kita harus berhati hati dalam menyantap juada riayo ini, yang sudah pasti jangan terlalu banyak memakan nya, karena masih banyak rumah yang akan kita singgahi, sebelum kita tiba dirumah kita.

Kalau kita terlalu banyak makan, tentunya…perut kita tidak akan sanggup menampungnya, bisa dibayangkan berapa banyak rumah yang akan kita singgahi….bisa bisa kita dibuat mules, kalau kita gak membatasi makannya, umumnya tuan rumah akan menyuguhkan kue kue yang jarang kita makan selama kita ada dikota (rantau), ya tentunya kita akan sangat senang…dan gembira.

Sebaiknya kita cicip setengah potong setiap rumah yang kita singgahi, kalau gak..wah wah..itu perut bisa bisa tambah gendut…..
Usai bersilaturahmi di sepanjang kampong, biasanya warga siap siap melakukan silaturahmi kepada sanak saudara yang ada di kampong lain, juga para bujang gadisnya dan anak anak punya acara sendiri, kalau yang remaja biasanya mereka jalan jalan ketempat wisata atau berkunjung ke rumah teman teman mereka yang ada di kampong lain.

Sedang anak anak sibuk bermain dengan mainan, hari riayo (lebaran) mereka mendapat uang jajan tambahan, ini jadi kesempatan buat mereka membeli main mainan.

Nah itulah sekilas cerita Riayo didusun (berlebaran dikampung), semoga cerita ini jadi pengobat rindu buat warga Lintang yang gak bisa mudik, mohon maaf bila masih banyak kekurangan serta tidak sempurnanya cerita ini, akhirul sekali lagi kami menghaturkan :

“Taqqoballallahu Minna Waminkum, Taqqobal Ya Karim”

“Minal Aidhin Wal Faizhin Mohon Maaf Lahir dan Bathin”

Wassalam
Kontributor Blog Lintang

1 Comment:

Simpang Limo said...

Begitulah cara kita merayakan riayo, atau bahasa kami rerayo. Memang akar budaya kito samo, jadi banyak ritual kito jugo samo. Salam sanak dari Bengkulu.

Poto Anggota Komunitas L4L