Seperti hal nya dengan daerah lain, Lintang Empat Lawangpun tak jauh berbeda dalam menyambut bulan kemenangan bulan Syawal, kesibukan kaum ibu dan para gadis gadis begitu sibuknya…, seminggu menjelang lebaran hampir disetiap rumah yang ada di kampong membuat kue kue, entah itu kue basah ataupun kue kering. Terdengar bersahutan suara para ibu ibu dan gadis gadis tengah melakukan adonan….untuk membuat kue.
Sama seperti dengan daerah yang ada di Propinsi Sumatera Selatan, kue khas setiap lebaran adalah Maksuba dan Lapan Jam, disamping itu tentu banyak kue kue yang lainnya…ada dodol duren (lempok), kak ketan… dan tak ketinggalan pempek dan kerupuk khas daerah Sumatera Selatan…
Tradisi berlebaran di daerah Empat Lawang, sampai sekarang masih tetap terjaga, yang secara turun temurun diwariskan kepada generasi ke generasi, banyak hal yang unik serta berbeda dengan daerah yang lainnya.
Sehari menjelang lebaran, warga yang ada di kampong melakukan ziarah ke kuburan sanak saudara yang telah mendahului pergi menghadap Sang ILLAHI ROBBY, membersihkan makam dan mengirim doa untuk almarhum dan almarhuma.
Waktu terus bergeser, dari pagi terus kesiang…..dan sang surya pun mulai tengelam, tanda petangpun kan tiba…persiapan untuk riayo (lebaran) esok hari telah siap semua, semua juada (kue kue) telah siap diatas meja….untuk disantap esok hari bersama keluarga dan tamu tamu yang singgah dirumah.
Saat berbuka hari terakhir pun tiba….semua besuka cita…anak anak bergembira dengan baju barunya…
Takbirpun ,mulai bergema di sepanjang kampong, beberapa para pemuda pemudi kampong melakukan pawai obor bersama anak anak berkeliling kampong sambil bertakbir…ALLAH HU AKBAR..ALLAH HU AKBAR ALLAH HU AKBAR….LA’ILLA HA ILLALA HU WALLA HU’AKBAR ALLAH HU AKBAR WAL LILLAH ILHAM……
Mesjid telah penuh hingga sampai keluar, dengan penuh khidmat segenap warga menunaikan Sholat Ied, rasa haru bercampur gembira berkecamuk didalam dada, “Ya..Alloh panjangkan usia kami agar kami dapat bertemu dengan Ramadhan di tahun depan, Ya Alloh begitu berat kami ditinggalkan bulan penuh Berkah, Maqfiroh serta penuh Kasih dan Sayang-Mu, kami ingin lebih meningkatkan lagi ibadah kami Ya Alloh”.
Nah setelah meninggalkan Mesjid, maka kita mulai melakukan Silaturahmi Keliling, begitu kaki keluar dari pekarangan Mesjid, maka para tetangga, kerabat, handai tolan mengajak untuk Singgah dirumahnya, yang tentunya disamping kita bermaaf maafan dan bersilaturahmi kita diharapkan untuk mencicipin Juada Riayo (kue lebaran) yang telah tersedia diatas meja.
Yang jadi khas didaerah Lintang Empat Lawang Juada Riayo ini diletakan diatas meja dalam keadaan utuh, maksudnya juada ini masih sebesar ukuran cetakannya, nah pada saat tamu telah hadir maka kue kue ini dipotong, gelok (toples) pun dibuka yang isinya kue kue kering, kerupuk, kacang dll….,
Nah buat kita yang jarang belanju(mudik), biasanya kita seperti jadi perhatian warga dikampung, mereka banyak bertanya “ngapo lalamo nedo balik, makmano usaha atau gawean, lalemak jugo bada kini nedo ?, amon pacak ajak adeng, ponakan kaban ke kota mangko dio keruan bada kaban”
Juga disini kita harus berhati hati dalam menyantap juada riayo ini, yang sudah pasti jangan terlalu banyak memakan nya, karena masih banyak rumah yang akan kita singgahi, sebelum kita tiba dirumah kita.
Kalau kita terlalu banyak makan, tentunya…perut kita tidak akan sanggup menampungnya, bisa dibayangkan berapa banyak rumah yang akan kita singgahi….bisa bisa kita dibuat mules, kalau kita gak membatasi makannya, umumnya tuan rumah akan menyuguhkan kue kue yang jarang kita makan selama kita ada dikota (rantau), ya tentunya kita akan sangat senang…dan gembira.
Sebaiknya kita cicip setengah potong setiap rumah yang kita singgahi, kalau gak..wah wah..itu perut bisa bisa tambah gendut…..
Sedang anak anak sibuk bermain dengan mainan, hari riayo (lebaran) mereka mendapat uang jajan tambahan, ini jadi kesempatan buat mereka membeli main mainan.
“Minal Aidhin Wal Faizhin Mohon Maaf Lahir dan Bathin”
Kontributor Blog Lintang
1 Comment:
Begitulah cara kita merayakan riayo, atau bahasa kami rerayo. Memang akar budaya kito samo, jadi banyak ritual kito jugo samo. Salam sanak dari Bengkulu.
Post a Comment