Informasi yang dihimpun Sripo dilapangan menyebutkan, gas elpiji milik Samauyah sebelumnya sudah bocor, karena baunya tercium, namun Samauyah tidak begitu memperdulikannya. Bahkan malamnya masih menyalakan api dengan mengunakan kayu bakar yang tidak jauh dengan tabung gas 3 Kg itu. Sesudah memasak, api itu tidak dimatikan, sampai ia tidur.
Sekitar puku 01.30 itulah timbul api yang besar dengan tiba-tiba dari rumahnya, apipun dengan cepat menyambar ke rumah lainnya. Warga yang memadamkan api dengan perlengkapan seadanya tidak bisa menguasai api, sehingga dalam satu jam ke 16 rumah itu rata dengan tanah.
Keributan antara warga dengan petugas PBK pun terjadi, yang baru tiba sekitar pukul 02.30, karena warga menilai itu telat, meskipun pihak PBK sudah berusaha semaksimal mungkin, bahkan waktu tempuh satu jam itu, termasuk cepat, karena selain jarak kondisi jalan yang sempit dan banyak tikungan tajam menjadi penghambat.
Warga menolak kedatangan PBK yang didatangkan dari Tebingtinggi sebanyak 5 unit armada PBK. Tidak hanya itu, dengan menggunakan kayu besar mereka menghantami mobil PBK. Melihat kondisi ini, karena merasa keselamatan petugas terancam, mereka kembali ke berbagai arah, seperti ke Pendopo, dan ada yang kembali ke Tebingtinggi.
“Ya, setiba di lokasi, mereka langsung menyerang, sebagian menggunakan kayu besar untuk menghantami mobil. Kami langsung berpencar, saya langsung mengemudikan mobil ke Pendopo, namun ada yang sempat memutar, sehingga bisa pulang ke kota Tebingtinggi,” ujar Thamrin salah satu petugas PBK, sembari menambahkan peristiwa ini sudah dilaporkan ke kepolisian.
Sementara itu, dari penuturan beberapa warga yang masih ramai di lokasi Sabtu siang mengatakan, mereka menolak karena PBK datang telat, bahkan api sudah hampir mati. Tanpa dikomandoi warga langsung meluapkan kekesalannya.
“Untuk apalagi disemprot, kalau api sudah hampir padam. Lagian rumah sudah banyak yang terbakar, ya lillahitaala saja, rumah tidak bisa diselamatkan lagi,” ujar Sas, salah seorang warga.
Camat Pendopo, M Azhari, saat dibincangi di lokasi mengatakan, pihaknya sudah melakukan pendataan, bahkan sudah membentuk posko untuk bantuan bagi para korban. Setidaknya dari 16 rumah yang hangus terbakar, diperkirakan kerugiannya mencapai Rp 600 juta, karena selain menghabiskan rumah, ada sebagian warga yang tidak bisa menyelamatkan harta benda yang dimiliki, sebagian ada hasil panen, seperti kopi yang habis terbakar dengan jumlah yang banyak.
“Pihak Dinsos Empatlawang sudah menerima laporan ini, sehingga kemarin sudah terjun ke lokasi dan memberikan bantuan. Terdata sebanyak 38 KK atau 177 jiwa kehilangan tempat tinggal akibat musibah ini dengan kerugian ratusan juta rupiah,” terangnya.
Kapolsek Pendopo, AKP Alpiansyah Putra ketika dikonfirmasi mengatakan, dugaan sementara penyebab kebakaran itu karena adanya gas elpiji 3 Kg yang meledak, namun pihak kepolisian akan terus melakukan penyelidikan sehingga dipastikan penyebab kebakaran ini.
“Kita sudah turun ke lapangan melakukan olah TKP, sehingga nantinya bisa diketahui penyebabnnya. Untuk sementara ini, diduga karena adanya tabung gas elpiji yang meledak,” ujarnya.
sumber ; sriwijaya post
0 Comments:
Post a Comment