BAJIDUR (NABUH JIDUR)
Balek agi ke Seni Budayo daerah Lintang, kemaghi kito lah ngupas tentang “Guritan, Andai-andai ngan Barejung”, nah untuk bagian kali ini kami cobo nak nampilkan Bajidur, sebelum o aku minta maaf kudai, untuk nyo sikok ini aku tampilkan dalam baso Indonesia, bukan o aku nendak nuliskenyo dalam baso dusun, hal ini ku ambik mangko jemo jak daerah lain terti ngan maksud o, senedo nyo jemo lain keruan pedio so isi o ini, nah mangkonyo diawal ini aku jelaskan kudai…….
BAJIDUR, atau Nabuh Jidur ini dilakukan oleh suatu group Kesenian Jidur terdiri dari 6 orang bujang bujang ( kalau di betawi sedikit mirip dengan Tanjidor).
Pada umumnya Kesenian ini disaksikan para bujang bujang dan orang tua, dengan duduk melingkar di ruang tengah didalam rumah, juga disaksikan para gadis gadis dengan cara mengintip dari ruang belakang, sambil menyiapkan makanan-makanan kecil untuk orang yang bejidur tersebut.
Dari ke 6 orang tadi mendapat tugas masing masing sebagai berikut :
1 Orang Nabuh jidur
2 Orang Nabuh Ktipung
1 Orang nabuh gong
2 Orang bedanah
Kesenian ini biasanya dilaksanakan seminggu sebelum perayaan pesta perkawinan penganten berlangsung. Dilakukan pada malam hari sebagai pertanda bahwa seorang warga akan mempunyai hajat merayakan pesta perkawinan anaknya, dimana harinya sudah ditentukan dengan mengumpulkan family, sahabat dan kenalan dekat untuk mempersiapkan egala sesuatu yang diperlukan untuk hari pesta nanti.
Misalnya, dekorasi (aesan) yang di kerjakan oleh bujang dan gadis secara bergotong royong yang menjadi semboyan “ado gawean mintak digawekan ado makan mintak dimakani, sekaligus nyerahkan ka’aguan”.
Disinilah kesempatan bujang dan gadis menjalin hubungan, dengan harapan kapan kita menyusul seperti teman yang akan menikah ini.
Pelaksanaan Bajidur ini yaitu, si penabuh Jidur mendendangkan lagu – lagu, beriramakan lagu lagu Qosidah dengan mengunakan syair jenaka, sindiran-sindiran pantun seperti kata berejung.
Setelah beberapa bait syair di iramakan maka diikuti oleh 2 orang penabuh ketipung dan 1 orang pemukul gong dan dilengkapi dengan 2 orang bedanah yang lenggang lenggoknya sesuai dengan irama yang didendangkan.
Kalau anda melihat dan mendengarkannya, tentu akan tersiruk (tercengang), aduhai sudah tua ingin menjadi muda lagi.
Nah itulah sekilas seni budaya Bajidur di daerah Lintang Empat Lawang, seni budaya ini sejak tahun 80 an sudah sangat jarang terlihat, memasuki tahun 90 an bahkan sudah menghilang sama sekali.
Masyarakat di daerah Empat Lawang sekarang lebih menyukai Orkes dang-dut atau Organ Tunggal, harapan kami semoga budaya ini dapat diangkat lagi sebagai budaya khas masyarakat daerah Lintang Empat Lawang, dan ini merupakan asset bagi Pemda Kabupaten Empat lawang.
Semoga mendapat perhatian serius dari Pemda terutama dari Dinas seni dan pariwisata, agar kesenian tak lenyap dan musnah, yang tentunya dibutuhkan keturut sertaan masyarakat Empat Lawang dalam melestarikannya……semoga..
4 Comments:
salam kenal..senangnya bisa membaca artikel anda :)
Salam kenal balik.... terima kasih sudah mampir diblog kecil ini, kalau bolh tau anda dari Lintang juga?
ass...
aku jemo lintang pulo,dusun umak di nibung bapang di batu ampar.ak senang nginak blog ini sebab ngubati aso gindu ngan sanak saudara di dusun.
aman ndo salah mamang ak pulo dinas di kecamatan IV lawang ini namo nyo bustomi.
maju terus kecamatan lintang IV lawang,semoga pacak jadi kecamatan termaju di kawasan provinsi sumatra selatan.amien....
good luck
wass....
Wa'allaikum salam
terimo kasih kaban lah singgah, kalu pacak kaban begabung ke millis kito, di blog ini ado bada o, kaban masukan bae alamat imel kaban, kinai nyo ado tulisan bada bakumpul..jangan nedo yo
Post a Comment