Hal disebabkan areal sawah yang akan ditanami padi mengalami kekeringan. Padahal, bila saluran irigasi dapat mengairi persawahan warga, dalam setahun dapat melakukan cocok tanam sebanyak dua kali. Namun, untuk tahun ini warga memastikan kalau mereka hanya bisa bercocok tanam hanya satu kali.
‘’Semestinya saat ini warga sudah melakukan penggarapan lahan untuk ditanami padi, tetapi tidak mengalirnya air irigasi sawah mengalami kekeringan,’’ demikian diungkapkan Ketua BPD Fauzi Somad kepada Empat Lawang Expres saat meninjau langsung lokasi ambrolnya tembok pengaman.
Menurut Fauzi, ambrolnya tembok pengaman tersebut disebabkan luapan sungai Air Keruh yang terjadi beberapa bulan lalu. Nah, sejak ambrolnya tembok pengaman saluran air ke areal persawahan warga menjadi terganggu. ‘’Air sama sekali sudah tidak mengalir ke persawahan warga, kalaupun ada air itu hanya air hujan,’’ katanya.
Untuk mengalirkan kembali air ke areal persawahan, menurut Fauzi, secara bergotong royong warga pernah melakukan berbagai upaya, salah satunya dengan cara membuat bendungan seadanya agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi. Namun sayangnya, upaya yang dilakukan warga sia-sia karena air yang mengalir tidak sampai ke areal persawahan warga yang mencapai ratusan hektar tersebut.
‘’Warga sudah beberapa kali memasang penahan apanya agar air masuk ke saluran irigasi. Upaya tersebut memang sedikit berhasil namun sawah yang dapat dialiri hanya beberapa hektar saja,’’ ujarnya.
Dikatakannya, sebelum terjadinya bencana alam tersebut warga dapat bercocok tanam dua kali dalam setahun. ‘’Dengan kondisi sekarang ini mungkin hanya dapat sekali bercocok tanam,’’ tambahnya.
Atas nama warga, Fauzi berharap kepada pemerintah agar dapat segera memperbaiki kerusakan pada tembok pengaman tersebut. ‘’Karena kalau tidak segera diperbaiki kami khawatir ratusan hektar sawah bisa menjadi lahan tidur,’’ jelasnya.(*)
0 Comments:
Post a Comment