GELANGGANG – Para pengendara motor dan mobil yang kerap melintasi di kawasan jalan amblas di Desa Gelanggang, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Empat Lawang, sejak sepekan terakhir mengeluh. Pasalnya, setiap kali mereka melintas di jalan tersebut, harus berhadapan dengan oknum preman yang melakukan aksi pungutan liar (pungli).
Para pelaku pungli, setiap memaksa para sopir mobil dan pengendara motor yang melintas di daerah ini untuk memberi sejumlah uang dengan alasan untuk perbaikan jalan secara swadaya. Ironisnya, para pelaku pungli sengaja memanfaatkan rusaknya jalan demi untuk meraih keuntungan dari para pengendara.
Menurut penuturan para pengendara yang sempat dibincangi Empat Lawang Expres, biasanya aksi tersebut dilakukan sekitar pukul 10.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB. Mereka mangkal di sekitar jalan yang memang kondisinya sudah rusak parah dan amblas tergerus air hingga membentuk turunan yang dalam. Akibatnya, perlu ekstra hati-hati bagi para pengendara yang melintas di jalan tersebut. Kesempatan itulah, diambil oknum para pemuda desa dengan mematok nilai uang yang harus dibayarkan. Terdapat sekitar 5 sampai 12 pemuda yang dibagi menjadi 2 kelompok yang menunggu di antara puncak turunan jalan tersebut.
Bahkan, tak jarang perbuatan para pemuda tanggung tersebut, kerap melakukan tindakan kasar kepada para pengendara, jika tidak mau membayar sejumlah uang yang tidak tentu harganya. Bagi pengendara motor biasanya dikenakan tarif liar Rp2 ribu hingga Rp4 ribu. Dan bagi pengendara mobil pribadi dipatok harga Rp5 ribu hingga 10 ribu. Sedangkan mobil besar, seperti truk dikenakan tarif Rp15 ribu bahkan lebih. Tidak ada bedanya, baik warga lokal Empat Lawang maupun juga bagi warga pendatang dari Kabupaten/Kota tetangga. Diketahui, tarif tersebut akan dipergunakan sebagai perbaikan jalan yang rusak. Apakah benar?
Uniknya, terkadang ada pengendara yang dikenal para pemungut liar tersebut tidak ditarik uang sedikit pun. Dengan hanya membunyikan klakson kendaraan, atau juga sempat berbicara seperti akrabnya kepada sejumlah oknum pemuda desa tersebut, maka pengendara tadi pun dengan leluasa diberuikan jalan.
“Bisa rugi saya jika harus membayar tiap harinya. Kalau hal ini dibiarkan begitu saja, maka bisa dibayangkan besarnya kerugian masyarakat Empat Lawang,” keluh Hendra, warga Provinsi Bengkulu yang mengendarai mobil melintas di jalan tersebut kepada Empat Lawang Expres.
Dilanjutkan Hendra, kenapa aksi pungutan liar tersebut seperti sengaja dibiarkan terjadi. Sangat disayangkannya, kemajuan pembangunan di Kabupaten Empat Lawang yang terbilang usia muda ini harus mendapat hambatan seperti aksi pungutan liar yang dilakukan para oknum pemuda desa.(sf
0 Comments:
Post a Comment