Selamat Datang

Tanggal 20 April 2007, daerah Lintang IV Lawang diresmikan sebagai Kabupaten yang ke 15 di Propinsi Sumatera Selatan, KABUPATEN EMPAT LAWANG sebutannya,yang meliputi 7 Kecamatan: Pendopo Lintang, Muara Pinang, Lintang Kanan, Ulumusi, Pasemah Air Keruh, Talang Padang dan Tebing Tinggi, melalui Media ini kami akan menampilkan Kabar dan perkembangan Kabupaten baru ini, baik dari sisi “Pembangunan, Seni Budaya, Pariwisata, Kebudayaan dan Sosial Politik” Media ini sebagai jembatan Silaturahmi Masyarakat Lintang IV Lawang yang ada di seluruh penjuru dunia, sebagai wujud kebersamaan membangun Kampung Halaman tercinta, kepada para pengunjung Blog ini kami persilakan anda mengutip/menyunting isi blog ini dan mohon dapat anda sebutkan sumbernya, yang tentunya kami berharap Suku Lintang IV Lawang dapat dikenal oleh masyarakat diseluruh dunia, untuk Masyarakat Empat Lawang yang Singgah disini saya undang anda untuk bergabung di KOMUNITAS/MILLIS Empat Lawang, silakan Klik alamat ini : http://groups.google.co.id/group/lintang-iv-lawang?hl=id Kritik dan saran kirim ke is.majid@gmail.com

AddThis

Bookmark and Share

Jumat, 04 September 2009

80 Ha Sawah Gagal Tanam

PENDOPO – Sedikitnya 80 hektar (ha) areal persawahan di Desa Gunung Meraksa, Kecamatan Pendopo, Kabupaten Empat Lawang, mengalami gagal tanam. Hal ini terjadi lantaran aliran air irigasi yang berasal dari Sungai Lintang ini kering. Kondisi sungai terbesar kedua setelah Sungai Musi ini mulai surut.

Surutnya sungai Lintang ini juga menyebabkan ratusan ha areal persawahan warga terancam mengalami nasib yang sama. “Pada musim tanam kali ini, sekitar 80 hektar sudah gagal tanam. Padahal areal persawahan ini merupakan penghasil gabah cukup besar di Kabupaten Empat Lawang. Setiap ha biasanya menghasilkan 2 ton beras,” ujar Ari Setiawan (25), Kepala Desa (Kades) Gunung Meraksa Baru, saat ditemui Empat Lawang Expres beberapa hari lalu.

Irigasi yang dinamakan Siring Agung untuk pengairan air sawah tersebut sudah tak ada lagi air yang mengalir. Kejadian ini setidaknya telah berlangsung lebih dari satu bulan terakhir. Yaitu ketika memasuki musim kemarau panjang tahun ini. Sehingga para petani sangat mengeluhkan keadaan ini, karena hasil pertanian tersebut merupakan sumber kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

“Rata-rata penduduk desa ini merupakan petani. Dan semestinya sekarang ini kami sudah bercocok tanam. Namun karena tidak ada air yang mengaliri ke sawah, sehingga kami terpaksa tidak menanam padi,” terangnya.

Sementara itu, Nur (36) salah seorang petani di areal persawahan tersebut, mengeluhkan kondisi siring irigasi yang tidak dialiri air. Menurutnya, untuk musim tanam tahun ini sejumlah petani sudah mengalami kerugian, karena benih yang sudah di tanam mati karena tidak dialiri air.

Dengan adanya kondisi ini, petani pun mulai mencoba berpindah menanam tanaman jenis sayuran, seperti cabe, kacang tanah, ataupun jenis kacang buah. Mereka yang mata pencaharian utamanya dari persawahan harus bisa bertahan dengan persediaan gabah mereka yang sudah menipis.

“Persediaan tersebut hanya untuk empat bulan, yakni dari musim tanam sampai musim panen kembali. Dan setidaknya hingga musim kemarau berakhir. Karena kami cocok tanam terlambat, kami harus mencari cara lain untuk mencukupi kebutuhan keluarga setiap harinya,” jelas Nur saat dibincangi bersama rekan-rekannya di areal persawahan yang sudah digarap menjadi areal perkebunan.

Daerah persawahan ini memang sudah kering kerontang, tanah pun mulai retak. Sawah yang seharusnya sebulan lalu sudah diolah masih ada sebagian sisa batang padi yang dijadikan warga tempat mengembala sapi ataupun kambing. Begitu juga air irigasi pun tak ada yang mengalir, pintu pengaturan air pun juga sudah kering. Sebagian masyarakat tersebut tersebut telah membuat bedengan tanaman, untuk ditanami sayuran, ada juga sebagian yang telah tumbuh.

“Kami harus menyirami tanaman sayuran paling sedikit dua kali dalam seminggu, kalau tidak tanaman akan mati, untuk pengairannya kami terpaksa mengangkut air dari sungai lintang dengan jarak tempuh hampir 5 kilo meter,” keluhnya.

Poto Anggota Komunitas L4L