Selamat Datang

Tanggal 20 April 2007, daerah Lintang IV Lawang diresmikan sebagai Kabupaten yang ke 15 di Propinsi Sumatera Selatan, KABUPATEN EMPAT LAWANG sebutannya,yang meliputi 7 Kecamatan: Pendopo Lintang, Muara Pinang, Lintang Kanan, Ulumusi, Pasemah Air Keruh, Talang Padang dan Tebing Tinggi, melalui Media ini kami akan menampilkan Kabar dan perkembangan Kabupaten baru ini, baik dari sisi “Pembangunan, Seni Budaya, Pariwisata, Kebudayaan dan Sosial Politik” Media ini sebagai jembatan Silaturahmi Masyarakat Lintang IV Lawang yang ada di seluruh penjuru dunia, sebagai wujud kebersamaan membangun Kampung Halaman tercinta, kepada para pengunjung Blog ini kami persilakan anda mengutip/menyunting isi blog ini dan mohon dapat anda sebutkan sumbernya, yang tentunya kami berharap Suku Lintang IV Lawang dapat dikenal oleh masyarakat diseluruh dunia, untuk Masyarakat Empat Lawang yang Singgah disini saya undang anda untuk bergabung di KOMUNITAS/MILLIS Empat Lawang, silakan Klik alamat ini : http://groups.google.co.id/group/lintang-iv-lawang?hl=id Kritik dan saran kirim ke is.majid@gmail.com

AddThis

Bookmark and Share

Rabu, 14 Oktober 2009

Harga Karet Berangsur Naik

Sejak Agustus Capai 50 Persen

TEBING TINGGI – Setelah beberapa bulan lalu para petani karet sempat patah semangat untuk mengurus kebun mereka lantaran harga sempat anjlok, kini petani kembali bergairah untuk menggarap kebun mereka. Hal ini dikarenakan harga mulai merangkak naik sejak pertengahan Agustus lalu.

Kenaikan harga hingga saat ini sudah mencapai 50 persen lebih. Untuk jenis karet bersih dari harga Rp4.000 kini naik menjadi Rp7.000 dan jenis karet tatal jarang alias kurang bersih dari harga Rp2.500 kini naik sekitar Rp5.500 perkilogram. ‘’Kenaikan harga memang tidak terjadi sekaligus akan tetapi secara bertahap. Kenaikan harga terjadi sejak pertengahan Agustus lalu hingga kini sudah mencapai sekitar 50 persen lebih,’’ ungkap Andi, salah seorang tauke karet di Kecamatan Tebing Tinggi.

Menurut Andi, kembali naiknya harga karet tersebut dikarenakan permintaan dari pabrik juga mulai meningkat. Untuk di Tebing Tinggi, katanya harga dasar penjualan karet masih tergolong rendah. Dari harga dasar penjualan pabrik Rp17 ribu per kilogram, karet yang dijual hanya mendapat komitmen harga 54 persen dari harga dasar. Dengan kata lain penjualan hanya berkisar sebesar Rp9.000 per kilogram.

“Penyesuaian harga ini dinilai dengan dilakukan pengujian kadar air atau tingkat kekeringan karet, selain itu juga dinilai jenis kebersihan dari tatal atau kotoran yang ada di setiap bantalan karet yang dijual,” jelas Andi.

Sebagai pengumpul karet, Andi mengakui bahwa kondisi karet di daerahnya memang belum baik. Karena para penyadap atau petani karet masih sering memasukkan tatal atau kotoran di dalam karetnya. Dengan demikian nilai jual karet akan semakin turun. “Seyogyanya, para petani dapat menjaga kondisi keaslian dan kebersihan karet mereka. Karena dapat menjaga peningkatan harga jual ke pabrik,” imbuhnya.

Sementara itu salah seorang petani, Yusman (34) warga Desa Pancurmas Tebing Tinggi, mengaku sangat senang dengan adanya kenaikan harga tersebut. ‘’Kami senang sekali menjelang hari raya harga karet mulai naik, walau kenaikan belum begitu tinggi namun sudah membantu para petani,’’ ujarnya.

Dijelaskannya, untuk harga jual di lokasi perkebunan harga jenis karet bersih mencapai Rp6.500 per kilogram. Sedangkan untuk jenis karet kurang bersih mencapai Rp5.000 per kilogram. ‘’Harga jual akan bertambah Rp1.000 bila kita mengantar langsung ke lokasi pengumpulan atau datang ke tauke langsung,’’ jelasnya.

Sama seperti petani karet lainnya, Yusman berharap kenaikan harga karet akan terus terjadi hingga harga kembali normal diatas Rp10 ribu. “Kami harap harga karet dapat terus stabil, jangan sampai anjlok lagi. Karena sebagian besar dari warga menjadikan karet sebagai penopang hidup sehari-hari,’’ ujarnya.(*)

Poto Anggota Komunitas L4L