Selamat Datang

Tanggal 20 April 2007, daerah Lintang IV Lawang diresmikan sebagai Kabupaten yang ke 15 di Propinsi Sumatera Selatan, KABUPATEN EMPAT LAWANG sebutannya,yang meliputi 7 Kecamatan: Pendopo Lintang, Muara Pinang, Lintang Kanan, Ulumusi, Pasemah Air Keruh, Talang Padang dan Tebing Tinggi, melalui Media ini kami akan menampilkan Kabar dan perkembangan Kabupaten baru ini, baik dari sisi “Pembangunan, Seni Budaya, Pariwisata, Kebudayaan dan Sosial Politik” Media ini sebagai jembatan Silaturahmi Masyarakat Lintang IV Lawang yang ada di seluruh penjuru dunia, sebagai wujud kebersamaan membangun Kampung Halaman tercinta, kepada para pengunjung Blog ini kami persilakan anda mengutip/menyunting isi blog ini dan mohon dapat anda sebutkan sumbernya, yang tentunya kami berharap Suku Lintang IV Lawang dapat dikenal oleh masyarakat diseluruh dunia, untuk Masyarakat Empat Lawang yang Singgah disini saya undang anda untuk bergabung di KOMUNITAS/MILLIS Empat Lawang, silakan Klik alamat ini : http://groups.google.co.id/group/lintang-iv-lawang?hl=id Kritik dan saran kirim ke is.majid@gmail.com

AddThis

Bookmark and Share

Kamis, 29 April 2010

Lebih Mahal dari Penghasilan Petani

EMPATLAWANG -Harga minyak tanah (mitan) di Kabupaten Empatlawang menembus Rp 10 ribu per Liter. Harga tersebut lebih tinggi dari penghasilan para petani saat ini dan menjadi keluhan petani.
Mitan masih dianggap efektif dan efisien dari pada elpiji bagi warga yang bermukin di kebun dan sawah. Meski mahal, mencapai Rp 10 ribu per Liter, warga tetap rela membeli mitan. Warga cukup mengeluh dengan

kenaikan harga yang selangit itu, dibandingkan dengan penghasilan petani. Terutama sekarang ini, dimana harga beras cukup murah, hanya Rp 4.500-5.000 per Kilogram. Sehingga antara pengeluaran dan pemasukan tidak sebanding.

Bagaimana petani bisa hidup kalau semua mahal. Hasil pertanian dijual murah,” ujar Yuli, seorang petani dikawasan Talangjawa, Kecamatan Pendopo, Rabu (28/4).
Menurutnya, petani lebih memilih menggunakan mitan karena dianggap lebih murah pemakaiannya dibanding dengan menggunakan gas. “Kalau nak masak kami menggunakan kayu bakar. Mitan untuk menghidupkan saja saja, selain itu untuk minyak lampu teplok,” ujar Yuli.

Hal senada dikatakan Robiha, petani lainnya. Ia minta pemerintah memberi perhatian dalam soal harga mitan. Dikatakan Robiha, harga mitan tersebut sangatlah mahal bila dibandingkan dengan penghasilan sebagai petani. Harga jual hasil panen baik kopi atau beras sekarang sedang turun. “Perbandingannya hampir 1 berbanding 2. Ya, harga 1 Liter mitan sama dengan harga 2 Kilogram beras,” ujarnya.

Taupik, salah seorang pedagang eceran mitan mengatakan, harga mitan memang tidak menentu. Harganya berubah setiap minggu. Hal ini dikarenakan harga belinya dari agen memang berubah.
Kita mengambil untung tidak besar, kalau kita membelinya Rp 8.000, paling kita jual Rp 9.000. apabila harga beli naik, maka kita terpaksa menaikkan harga jualnya,” ujarnya.

sumber : sriwijaya post

0 Comments:

Poto Anggota Komunitas L4L