Mitan masih dianggap efektif dan efisien dari pada elpiji bagi warga yang bermukin di kebun dan sawah. Meski mahal, mencapai Rp 10 ribu per Liter, warga tetap rela membeli mitan. Warga cukup mengeluh dengan
kenaikan harga yang selangit itu, dibandingkan dengan penghasilan petani. Terutama sekarang ini, dimana harga beras cukup murah, hanya Rp 4.500-5.000 per Kilogram. Sehingga antara pengeluaran dan pemasukan tidak sebanding.
Bagaimana petani bisa hidup kalau semua mahal. Hasil pertanian dijual murah,” ujar Yuli, seorang petani dikawasan Talangjawa, Kecamatan Pendopo, Rabu (28/4).
Menurutnya, petani lebih memilih menggunakan mitan karena dianggap lebih murah pemakaiannya dibanding dengan menggunakan gas. “Kalau nak masak kami menggunakan kayu bakar. Mitan untuk menghidupkan saja saja, selain itu untuk minyak lampu teplok,” ujar Yuli.
Hal senada dikatakan Robiha, petani lainnya. Ia minta pemerintah memberi perhatian dalam soal harga mitan. Dikatakan Robiha, harga mitan tersebut sangatlah mahal bila dibandingkan dengan penghasilan sebagai petani. Harga jual hasil panen baik kopi atau beras sekarang sedang turun. “Perbandingannya hampir 1 berbanding 2. Ya, harga 1 Liter mitan sama dengan harga 2 Kilogram beras,” ujarnya.
Taupik, salah seorang pedagang eceran mitan mengatakan, harga mitan memang tidak menentu. Harganya berubah setiap minggu. Hal ini dikarenakan harga belinya dari agen memang berubah.
Kita mengambil untung tidak besar, kalau kita membelinya Rp 8.000, paling kita jual Rp 9.000. apabila harga beli naik, maka kita terpaksa menaikkan harga jualnya,” ujarnya.
sumber : sriwijaya post
0 Comments:
Post a Comment