Selamat Datang

Tanggal 20 April 2007, daerah Lintang IV Lawang diresmikan sebagai Kabupaten yang ke 15 di Propinsi Sumatera Selatan, KABUPATEN EMPAT LAWANG sebutannya,yang meliputi 7 Kecamatan: Pendopo Lintang, Muara Pinang, Lintang Kanan, Ulumusi, Pasemah Air Keruh, Talang Padang dan Tebing Tinggi, melalui Media ini kami akan menampilkan Kabar dan perkembangan Kabupaten baru ini, baik dari sisi “Pembangunan, Seni Budaya, Pariwisata, Kebudayaan dan Sosial Politik” Media ini sebagai jembatan Silaturahmi Masyarakat Lintang IV Lawang yang ada di seluruh penjuru dunia, sebagai wujud kebersamaan membangun Kampung Halaman tercinta, kepada para pengunjung Blog ini kami persilakan anda mengutip/menyunting isi blog ini dan mohon dapat anda sebutkan sumbernya, yang tentunya kami berharap Suku Lintang IV Lawang dapat dikenal oleh masyarakat diseluruh dunia, untuk Masyarakat Empat Lawang yang Singgah disini saya undang anda untuk bergabung di KOMUNITAS/MILLIS Empat Lawang, silakan Klik alamat ini : http://groups.google.co.id/group/lintang-iv-lawang?hl=id Kritik dan saran kirim ke is.majid@gmail.com

AddThis

Bookmark and Share

Selasa, 31 Agustus 2010

“Beghuk Atus”

KRITIK pedas penyair gunung atau dikenal dengan nama Raja Telegu, Syamsu Indra Usman terhadap pemerintah lewat puisi sudah diterbitkan dalam bentuk buku. “Beghuk Atus” yang dalam

bahasa Indonesia berarti monyet besar dari hutan yang biasa merusak kebun petani atau lainnya, menjadi salah satu puisi dalam kumpulan puisi berbahasa Lintang. Buku itu sudah dicetak 1.000 eksemplar.

Pria kelahiran Desa Tanjungraya, Kecamatan Pendopo, Kabupaten Empatlawang, 12 Oktober 1953 ini, meskipun terbilang berbadan pendek setidaknya sudah menulis lebih dari 4.000 puisi.

Dalam petikan makna puisi Beghuk Atus ini, ia mengkritik kinerja pemerintah di beberapa daerah yang ada di Sumsel ini.

Saat dibincangi Sripo, Senin (30/8), ayah dari 3 orang anak ini mengatakan, sebanyak 1.000 buku puisi Beghuk Atus dicetak 4 hari yang lalu dengan sponsor Bank SumselBabel.

Buku ini sudah diedarkan di Pemkab dan masyarakat Empatlawang. Nantinya akan ada juga buku yang akan diedarkan ke kota lain di luar Empatlawang.

Selain puisi juga sudah banyak buku novel, kumpulan cerpen, sampai masakan tradisional yang telah diterbitkannya. Dalam penerbitannya, selalu melibatkan pihak lain baik dalam sponsor, merilis dan sebagainya, salah satu yang pernah merilisnya Kompas Gramedia.

“Sudah puluhan tahun kita berkarya, sudah banyak pula kritikan-kritikan pedas terhadap pemerintah dan lainnya. Ya, kalau ada yang merasa silahkan tersinggung, kalau yang tidak melakukan tidak akan tersinggung,” ujarnya.

Syamsu menambahkan, ia bergelut di puisi memang karena hobi sejak kecil. Hobi itulah yang mengantarkannya jadi penyair nasional. Tulisan mengambil dari makna alam, namun memiliki kritik keras.

Ia juga sering diundang sampai ke luar negeri untuk membacakan hasil karya sastranya. “Kita ketahui Beghuk Atus itu tinggalnya di hutan. Namun bila masuk ke pemukiman warga, bahkan

sampai masuk ke dalam rumah, semuanya dirusak dan berantakan. Inilah model pejabat sekarang ini, datang, masyarakat jadi sengsara,” jelas budayawan yang sudah mendapat gelar doktor bersamaan dengan Presiden SBY ini.

sumber : sriwijaya post

0 Comments:

Poto Anggota Komunitas L4L