Sawah para petani sudah kekeringan sejak tiga tahun terakhir setelah jebolnya beberapa titik irigasi pengairan persawahan itu.
“Terhitung pasca bencana banjir akibat luapan Sungai Kuro tahun 2002 dan 2007 lalu, tiga titik tanggul merupakan subsidi pengairan sawah masyarakat roboh. Akibatnya tiga tahun belakangan sawah kami kering dan tidak bisa digarap,” ujar Tirta (54) warga Desa Gedungagung, Kamis (2/12).
Menurutnya, jebolnya beberapa titik irigasi yang panjangnya bervariasi mencapai 6 meter, bermula akibat bencana luapan Sungai Kuro 2002. Warga berupaya memperbaiki secara swadaya masyarakat dengan menambal.
Namun luapan Sungai Kuro tahun 2007 kembali merusak irigasi sehingga kerusakan makin parah dan sawah tidak bisa diairi.
“Kami sangat berharap dilakukan perbaikan agar areal persawahan kami dapat kembali dimanfaatkan. Sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan keluarga dari bersawah ini,” ujar Tirta.
Pengajuan perbaikan sudah disampaikan melalui Kades sejak 2002 dan 2007 lalu. Namun hingga saat ini belum ada realisasinya. Warga berharap pemerintah dapat melihat langsung kondisi di lapangan.
“Akibat kerusakan ini, tidak hanya Desa Gedungagung dan Tanjungtawang yang rugi. Desa Muarapinang Lama dan Sapa Panjang kena imbas. Selain itu kami meminta penambahan saluran irigasi sepanjang 50 meter untuk areal persawahan yang rusak akibat bencana itu,” kata Tirta.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Empatlawang, HIsmail Hanafi mengatakan, kades dan warga setempat diharap mengajukan permohonan perbaikan ke Pemkab Empatlawang. Kemungkinan perbaikan dapat diupayakan dengan dana pasca bencana.
sumber ; sriwijaya post
0 Comments:
Post a Comment