Hal ini pun dikeluhkan para petani karena sering melakukan perusakan tanaman baik tanaman sawah atau tanaman perkebunan. Seperti yang dialami Danil (50), warga Desa Pajarbakti, Kecamatan Tebingtinggi, Kamis (28/4/2011), ribuan tanaman karet yang dijaganya itu dirusak oleh babi. Akibatnya, tanaman karet yang telah berumur satu tahun itu dipastikan tidak akan hidup lagi.
“Kita berharap agar pemerintah memperhatikan hal ini, karena sudah banyak tanaman para petani yang telah dirusak. Paling tidak ada perburuan untuk pemberantasan hama ini, ya kalau bisa ada bantuan jaring,” ujarnya.
Dikatakan, kebanyakan babi ini masuk ke areal perkebunan pada malam hari dan dengan jumlah yang banyak, sehingga satu malam saja sudah banyak tanaman yang rusak. Oleh karena itu, kerugian yang dirasakan oleh para petani cukuplah besar.
“Setidaknya dari serangan babi ini kerugian mencapai jutaan rupiah, ya waktu membelinya saja harga bibitnya Rp 2.500 perbatangnya. Semalam saja mereka sudah datang, sudah banyak tanaman yang rusak,” katanya.
Hal senada dikatakan, Yanto, warga Desa Terusanbaru, sudah banyak kebun petani di desanya dirusak oleh babi. Memang dibandingkan sebelumnya, jumlah babi itu tampaknya semakin banyak.
“Kalau cerita orang tua dahulu, jumlah anak babi sesuai dengan bulan kelahirannya, misalnya kalau saat ini bulan ke-4, maka mereka akan melahirkan empat ekor anak. Ya, mungkin saja begitu, jadi wajar kalau sekarang ini sudah mulai tampak banyak dan selanjutnya semakin banyak kalau tidak dibasmi,” tambahnya.
Ditambahkan, untuk tanaman kebun yang sering dirusak oleh babi, yakni seperti tanaman karet, durian, sawit, pisang dan sebagainya. Pada umumnya mereka merusak tanaman yang berumur muda atau baru ditanam.
“Para petani sudah kewalahan menghadapinya, oleh karena itu mereka memerlukan bantuan untuk pembasmiannya. Perburuan yang dianggap lebih efektif untuk pembasmian hama ini, namun sayang sekarang ini sudah jarang ada perburuan babi ini,” ujarnya.
sumber ; sripo
0 Comments:
Post a Comment