Petani kini lebih memilih menyimpan beras atau gabah dipenggilingan padi. Akibatnya penggilingan padi kini penuh dengan padi atau gabah simpanan petani.
Informasi yang dihimpun Selasa (26/4/2011), sebagian petani lebih memilih untuk belum menjual hasil panen mereka, bahkan ada yang belum melakukan penggilingan sama sekali. Mereka pun menumpuk hasil panen tersebut ke tempat penggilingan, baik berupa gabah ataupun sudah berupa beras.
“Bagaimana para petani di sini bisa meningkatkan taraf perekonomian, biaya besar, sementara harga penjualan hasil panen itu sendiri sangat murah. Harga beras paling tinggi Rp 5.600 perkilogramnya, itupun untuk beras yang kualitasnya bagus, ya apabila kualitasnya kurang lebih murah lagi,” ujar Basir, salah seorang petani dari Desa Jarakan, Kecamatan Pendopo.
Dikatakan, pada umumnya mereka keberatan dengan harga jual itu, karena bila diperhitungkan mereka merugi. Mereka tidak bisa mengembalikan biaya yang telah dikeluarkan. Bahkan, bila dibandingkan dengan harga jual beras di pasaran saat ini, selisi harga sangatlah tinggi.
“Cobalah bayangkan, kita mengolah sawah perlu biaya, menanam padi, pembersihan gulma, panen, biaya-biaya lainnya, belum lagi untuk pembelian pupuk dan racun hama, ya biaya sangat besar. Kalau begini terus menerus bagaimana kita bisa meningkatkan perekonomian,” tambahnya.
Ditambahkan, Tamrin, petani lainnya, hal ini mestinya diperhatikan pemerintah, setidaknya jangan sampai harga jual beras turun drastis hingga di luar batas. “Kalau ini sudah di luar batas kewajaran, hidup para petani kian terjepit. Lagian dari pemerintah tampaknya tidak ada perhatian, sampai saat ini kita tidak pernah mendapat bantuan pupuk dan segalanya, ditambah lagi harga jual jauh lebih murah,” terangnya.
sumber ; sripo
0 Comments:
Post a Comment