Dengan kondisi seperti saat ini, petani kesulitan untuk menjemur dan mengolah kopi.Kondisi demikian juga dikhawatirkan dapat memengaruhi kualitas kopi yang diolah dengan cara yang masih tradisional tersebut. Hasanudin,petani kopi warga Desa Muara Saling, mengatakan, jika kondisi sedang panas, dalam waktu kurang dari seminggu, kopi hasil panen sudah bisa dijual.Namun,dengan kondisi sekarang, minimal dua minggu kopi yang dipanen baru bisa dijual atau disimpan.
“Biasanya, memang tidak langsung dijual,tapi dikumpulkan dulu berupa bijian kopi yang sudah kering,” kata dia. Menjemurbijikopiharusbenarbenar kering. Jika tidak, saat disimpan dalam kondisi belum benar-benar kering, harganya akan murah atau lebih rendah dari pasaran normal. Untuk menghasilkan kopi dengan kualitas jual yang baik, sangat dibutuhkan kondisi cuaca yang terik untuk menjemur kopi. “Kalau begini terus, kopinya lambat sekali kering, bahkan terlalu lama dibungkus dengan terpal,” jelasnya.
Menurutnya, biji kopi yang terlalu lama dibungkus dengan terpal akan berdampak kepada biji kopi yang hendak dijual.Warnanya berubah menjadi kehitam- hitaman. Kalau sudah begitu, harganya jelas akan lebih murah saat dibeli oleh pengumpul atau tauke kopi. “Sekarang ini, kisaran harga kopi per kilonya antara Rp14.000-Rp15.000. Kalau kopi yang kita jual terlihat hitam atau agak keputih-putihan, harganya paling dibeli sekitar Rp12.000,”ungkapnya.
Hal senada dikatakan Warnani, petani kopi asal Pendopo, Empatlawang. Meskipun saat ini memang bukan sedang musim panen, kopi yang terkumpul dari hasil kebun kopi miliknya lambat sekali kering akibat cuaca yang sering hujan.Walau jumlah kopi yang dipetik dan dijemur tidak sebanyak saat musim panen, buah kopi itu menjadi penopang perekonomian keluarganya.
0 Comments:
Post a Comment